ligabet99 login

    Release time:2024-10-08 14:29:32    source:htoto   

ligabet99 login,mposlot99,ligabet99 loginJakarta, CNN Indonesia--

Suka tidak suka, Joko Anwar sepertinya memang orang yang paling cocok untuk menggarap serial genre sci-fi supernatural semacam Joko Anwar's Nightmares and Daydreams.

Serial seperti ini membutuhkan imajinasi yang liar, tetapi juga tetap bertumpu kepada cerita membumi. Dua tuntutan itu berusaha dipenuhi Joko Anwar lewat tujuh episode Nightmares and Daydreams, dan hasilnya, bagi saya, cukup menjanjikan.

Lihat Juga :
Sinopsis Serial Joko Anwar's Nightmares and Daydreams

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Joko Anwar selaku kreator juga menjadi bebas mengeksplorasi cerita dengan berbagai premis yang nyaris semuanya berbicara mengenai isu sosial di Indonesia.

Beberapa episode seperti The Orphans hingga Hypnotized, misalnya, berbicara soal nestapa di jurang kemiskinan. Ada pula episode yang membahas isu keluarga seperti Old House dan The Encounter, hingga banyak topik lainnya.

Nightmares & Daydreams Encounter. Lukman Sardi as Wahyu in Nightmares & Daydreams Encounter. Cr. Courtesy of Netflix © 2024Review Nightmares & Daydreams: Joko Anwar selaku kreator menjadi bebas mengeksplorasi cerita dengan berbagai premis yang nyaris semuanya berbicara mengenai isu sosial di Indonesia.: (Netflix/Yusuf Yudo)

Di balik itu semua, Joko Anwar lalu mencoba menyelipkan muatan sci-fi dan supernatural secara perlahan ke cerita. Berbagai episode dengan isu yang dekat dengan masyarakat itu bak menjadi jembatan untuk memasuki dunia ciptaan Joko Anwar.

Pilihan Redaksi
  • Review Film: Furiosa, A Mad Max Saga
  • Review Drama: Lovely Runner
  • Review Film: Godzilla Minus One
  • Review Film: Inside Out 2

Saya merasa Joko benar-benar mengerahkan ide dan imajinasinya untuk tujuh episode itu. Ia yang sejak lama menggilai teori tentang UFO itu kemudian mewujudkan ide liarnya menjadi cerita sci-fi supernatural.

Namun, mengemas serial dengan format cerita yang berbeda setiap episode memang memiliki efek samping. Satu efek yang mungkin terjadi adalah kecenderungan membandingkan eksekusi masing-masing episode.

Jika dibedah setiap episode, Nightmares and Daydreams memang tidak selalu solid. Episode pertama, Old House, berhasil dimulai dengan menjanjikan, meski sempat kendor menjelang akhir cerita.

Episode kedua berjudul The Orphan punya plot yang menyinggung berbagai isu kelas menengah ke bawah, serta didukung dengan penampilan cemerlang Nirina Zubir dan Yoga Pratama.

Saya menebak sebagian besar penonton bakal memilih episode 3 (Poems and Pains) serta episode 4 (The Encounter) sebagai episode favorit mereka.

Nightmares & Daydreams The Orphan. (L to R) Yoga Pratama as Iyos, Nirina Zubir as Ipah in Nightmares & Daydreams The Orphan. Cr. Courtesy of Netflix © 2024Review Nightmares & Daydreams:The Orphan punya plot yang menyinggung berbagai isu kelas menengah ke bawah, serta didukung dengan penampilan cemerlang Nirina Zubir dan Yoga Pratama. (Netflix/Yusuf Yudo)

Poems and Pains menyuguhkan premis paling segar yang dieksekusi dengan ciamik oleh sutradara muda Randolph Zainy. Penampilan Marissa Anita juga tidak boleh dilewatkan karena begitu solid dari awal hingga akhir.

The Encounter menjadi pilihan favorit saya dengan latar cerita di kampung yang tengah terancam digusur. Perjalanan Wahyu (Lukman Sardi) dalam episode 4 begitu menyenangkan untuk dilihat karena terselip narasi berani, seperti tentang nabi atau juru selamat.

Pilihan Redaksi
  • Joko Anwar Beri Jawaban Soal Riuh Teori Fans Siksa Kubur
  • Siksa Kubur Pamit dari Bioskop di Angka 4 Juta Penonton
  • Joko Anwar Blak-blakan soal Alasan Pamit Sejenak dari Proyek Horor

Episode itu juga memberikan banyak petunjuk gamblang yang membantu saya dalam memahami cerita besar dari Nightmares and Daydreams.

The Other Side, episode 5, juga punya cerita supernatural yang menarik. Namun, plot bukan menjadi aspek yang paling menonjol di episode ini, melainkan penampilan para pemeran.

Hal serupa juga terjadi dalam episode keenam, Hypnotized, yang sangat bertumpu kepada aksi Fachri Albar. Sebab, secara cerita, episode ini kerap melampaui batas realisme sehingga bisa sukar dipahami penonton awam.

PO Box yang mengemban tugas sebagai episode penutup sesungguhnya cukup menjanjikan jika berdiri sendiri. Cerita berjalan penuh teka-teki hingga akhirnya terungkap rahasia besar yang amat gila.

Namun, episode itu terkesan seperti ragu-ragu ketika mencapai ujung. Saya memahami ending episode itu sengaja meninggalkan pertanyaan yang mungkin baru terjawab jika season kedua dikonfirmasi.

[Gambas:Video CNN]



Sayangnya, keputusan itu membuat benang merah dari setiap episode yang selama ini ditunggu penonton justru tidak semuanya terjawab.

Hal itu pula yang kemungkinan bakal kembali melahirkan perdebatan antara penggemar Joko Anwar yang sudah memahami gaya sang kreator dengan penonton awam.

Muatan sci-fi dan supernatural yang muncul dalam Nightmares and Daydreams juga terasa baru permukaan saja. Joko Anwar sepertinya masih menyimpan narasi besar dalam semesta buatannya itu.

Sebab, para makhluk yang muncul sepanjang cerita masih asing dan belum terdefinisi. Ancaman yang dihadapi umat manusia dalam serial ini juga belum ditunjukkan secara gamblang, sehingga wajar jika akan banyak tanya yang tersisa.

[Gambas:Youtube]



Saya juga menyimpulkan bahwa ketujuh episode ini berperan sebagai 'origin' para karakter penting dalam perjalanan menghadapi makhluk-makhluk asing yang akan mengancam keberadaan manusia.

Namun, di balik itu semua, karya terbaru Joko ini cukup menjanjikan dan menjadi salah satu serial yang sangat mudah diselesaikan dalam sekali duduk.

Setelah itu, mari berharap Netflix memberi lampu hijau untuk musim kedua Joko Anwar's Nightmares and Daydreams supaya visi besar sang kreator tidak berujung sia-sia.

(end)